Senin, 26 Maret 2018

Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Pada Akhir Tahun 2017


Tahun 2017 Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Capai 143.26 juta




Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) telah merilis hasil Survey Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017. Peluncuran hasil survey diadakan di Hard Rock Caffe, Jakarta Selatan, pada tanggal 19 Februari 2018.

Survey tersebut terlaksana berkat adanya kerja sama APJII dan Teknopreneur Indonesia. Ketua Umum APJII, Jamalul Izza mengatakan bahwa survey yang rutin diadakan oleh APJII setiap tahun ini telah menjadi referensi masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu hasil dari survey ini selalu ditunggu.

“Ini adalah hasil survei yang telah kita tunggu-tunggu. Secara umum hasil tahun ini tidak jauh berbeda degan tahun lalu. Kita berharap selain menjadi acuan di dalam negeri, hasil survei yang dilakukan oleh APJII ini juga menjadi acuan survey dunia internasional,” ujar Jamal seperti dikutip dari Teknopreneur.

Pada hasil survey tersebut terlihat lebih dari setengah penduduk Indonesia sekarang telah terkoneksi ke internet. Jadi pada tahun 2017 menurut hasil survey ada sekitar 143.26 juta penduduk Indonesia sudah terkoneksi ke internet. Sementara jumlah total penduduk di Indonesia ada sebanyak 262 jut orang.

Dengan adanya hasil survey tersebut, terlihat juga indikasi adanya kenaikan pegguna internet sebesar 7.96 persen. Jika dibandingkan hasil survey yang dilakukan APJII pada tahun 2016 jumlah pengguna internet di Indonesia ada sebanyak 132 juta pengguna.

Berdasarkan keterangan dari Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono, adanya penetrasi penggunaan internet di Indonesia tersebut cukup bagus, khususnya untuk wilayah urban.

“Penetrasi pada wilayah urban, sudah sangat bagus. Namun yang perlu menjadi perhatian ialah pada karakter wilayah rural. Hal ini disebabkan oleh minimnya infrastruktur yang mendukung untuk penggunaan internet pada masyarakat di wilayah rural,” jelasnya.

Apabila ditinjau berdasarkan wilayah, terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara wilayah urban dengan wilayah rural. Dalam hal ini, Jawa masih mendominasi pemakaian internet sebagai wilayah urban secara nasional.

Jumlah pengguna internet di Jawa saja mencapai 58.08 persen dari jumlah total pengguna internet di Indonesia. Hal ini dapat dilihat juga dari angka penetrasinya yang tumbuh hingga 57.70 persen. Baru setelah itu Sumatera dengan jumlah pengguna internet 19.09 persen dengan penetrasi 47.20 persen.

Selanjutnya di wilayah Kalimantan, pengguna internet di wilayah ini ada sebanyak 7.97 persen dari jumlah nasional dengan penetrasi sebesar 72.19 persen. Sementara Sulawesi 6.73 persen, dengan penetrasi 46.70 persen. Disusul Bali – Nusa 5.63 persen dengan penetrasi 54.23 persen, dan yang terakhir adalah Maluku-Papua sebesar 2.49 persen dengan penetrasi 41.98 persen.

Survei dilakukan dengan tatap muka menggunakan metode multistep random sampling atau bertahap. Sample diambil dari enam wilayah terbesar yaitu besar Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa, dan Maluku-Papua. Kemudian disetiap wilayah dipecah menjadi tiga kategori yaitu Urban, Rural-Urban, dan Rural.

Survey Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017 memang sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh APJII sejak beberapa tahun yang lalu. Ketua Umum APJII, Jamalul Izza juga mengatakan survei ini akan dilakukan terus oleh APJII, sehingga hasilnya dapat digunakan berbagai pihak sebagai bahan referensi.(hh)


Melihat pengguna internet Indonesia jadi potensi bisnis besar

  • Jumlah transaksi e-commerce meningkat signifikan dari tahun ke tahun

 
Kita tahu, bisnis online banyak sekali memiliki keunggulan di bandingkan dengan bisnis konvensional atau offline. Dari segi waktu, biaya dan tenaga, sudah jelas bisnis online jauh lebih menguntungkan. Jika ditanya, seberapa pengaruhkah bisnis online terhadap bisnis offline di Indonesia? Jawabannya akan sangat berpengaruh. Kita lihat saja sekarang, masyarakat sudah banyak yang beralih menggunakan e-commerce atau transaksi keuangan online dari pada transaksi manual menggunakan uang pecahan.Menurut data dari pemerintah juga, walaupun jumlah pengguna online business di Indonesia masih kalah dengan Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, namun grafiknya terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.
 
  • Dampak Nyata Bisnis Online Terhadap Bisnis Offline


Dengan mudahnya mengakses internet di Indonesia sekarang ini, masyarakat cenderung lebih suka transaksi secara online. Selain cepat dan mudah, transaksi online juga lebih efisien daripada transaksi manual di pasar-pasar dan toko. Akibatnya sekarang, para pelaku bisnis yang memasarkan produknya hanya secara offline beralih ke media online. Hal ini mau tidak mau harus dilakukan agar tidak kalah dengan pesaingnya dalam bisnis di era modern ini.
 
  • Internet untuk Media Promosi
  
 
Bisnis online tidak hanya dilakukan oleh ‘pemain baru’ yang murni menggunakan internet sebagai media bisnisnya. Orang dan perusahaan yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis tanah air sejak belum masuknya internet di Indonesia, hanya menggunakan internet sebatas alat promosi dan pengiklanan. Untuk penjualan dan pelayanan tetap dilakukan dengan cara konvensional. Social media adalah salah satu media paling mudah untuk mempromosikan suatu barang, mengingat banyaknya pengguna sosmed di Indonesia saat ini.
 
  •  Masa depan bisnis Offline
 
 
Walaupun faktanya bisnis online lebih menjanjikan dan pertumbuhannya semakin pesat, hal ini tidak akan mematikan sepenuhnya bisnis offline. Hal ini karena tidak semua bisnis seluruhnya bisa dilakukan secara online, misalnya bahan baku dan bahan makanan. Anda tentu tidak perlu online kalau hanya ingin membeli cabai bukan?Melihat fakta-fakta di atas, yang harus dilakukan oleh para pelaku bisnis offline adalah mulai menggunakan media online sebagai sarana bisnis mereka, terutama untuk promosi. Sebagian besar bisnis online memerlukan Kartu Kredit untuk metode pembayarannya.


JAKARTA, KOMPAS.com - Pada tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2016 yang tercatat mencapai 132,7 juta jiwa. Data tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII). Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono menjelaskan, jumlah pengguna internet pada tahun 2017 tersebut mencakup 54,68 persen dari total populasi Indonesia yang mencapai 262 juta orang. "Setiap tahun memang angkanya naik terus," kata Henri dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (19/2/2018). Baca juga : 65 Persen Pengguna Internet Percaya Mentah-mentah Informasi Dunia Maya Berdasarkan jenis kelamin, komposisi pengguna internet di Indonesia adalah 51,43 persen laki-laki dan 48,57 persen perempuan. Adapun berdasarkan usia, sebanyak 16,68 persen pengguna berusia 13-18 tahun dan 49,52 persen berusia 19-34 tahun. Sementara itu, persentase pengguna internet berusia 35-54 tahun mencapai 29,55 persen. Pengguna internet berusia 54 tahun ke atas mencapai 4,24 persen. Berdasarkan wilayah, lebih dari separuh atau 58,08 persen pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 berada di Pulau Jawa. Adapun sekitar 19 persen berada di Sumatera, 7,97 persen di Kalimantan, 5,63 persen berada di Bali dan Nusa Tenggara, 6,73 persen berada di Sulawesi, serta 2,49 persen di Maluku dan Papua. Baca juga : Riset UGM: Jumlah Pengguna Internet Pengaruhi PDB Bila dilihat dari karakter kota atau kabupaten, sebagian besar atau 72,41 persen pengguna internet berada di kawasan urban alias perkotaan. Sementara itu, sebanyak 49,49 persen berada di kawasan rural-urban dan 48,25 persen berada di kawasan rural. "Yang terjadi adalah infrastruktur di urban sudah sangat bagus, tapi yang di rural masih perlu ditingkatkan (infrastrukturnya) untuk menaikkan jumlah penetrasi," terang Henri. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 88 persen pengguna internet di Indonesia merupakan lulusan S2 atau S3, kemudian 79,23 persen merupakan lulusan sarjana atau diploma. Pengguna internet yang merupakan lulusan SMA atau sederajat mencapai 70,54 persen. Baca juga : Pengguna Internet Indonesia 2016 Dalam Angka Adapun pengguna internet lulusan SMP atau sederajat mencapai 48,53 persen dan lulusan SD atau sederajat mencapai 25,10 persen. Sementara itu, pengguna internet yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali mencapai 5,45 persen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tahun 2017, Pengguna Internet di Indonesia Mencapai 143,26 Juta Orang", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/19/161115126/tahun-2017-pengguna-internet-di-indonesia-mencapai-14326-juta-orang.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2016 yang tercatat mencapai 132,7 juta jiwa. Data tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII). Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono menjelaskan, jumlah pengguna internet pada tahun 2017 tersebut mencakup 54,68 persen dari total populasi Indonesia yang mencapai 262 juta orang. "Setiap tahun memang angkanya naik terus," kata Henri dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (19/2/2018). Baca juga : 65 Persen Pengguna Internet Percaya Mentah-mentah Informasi Dunia Maya Berdasarkan jenis kelamin, komposisi pengguna internet di Indonesia adalah 51,43 persen laki-laki dan 48,57 persen perempuan. Adapun berdasarkan usia, sebanyak 16,68 persen pengguna berusia 13-18 tahun dan 49,52 persen berusia 19-34 tahun. Sementara itu, persentase pengguna internet berusia 35-54 tahun mencapai 29,55 persen. Pengguna internet berusia 54 tahun ke atas mencapai 4,24 persen. Berdasarkan wilayah, lebih dari separuh atau 58,08 persen pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 berada di Pulau Jawa. Adapun sekitar 19 persen berada di Sumatera, 7,97 persen di Kalimantan, 5,63 persen berada di Bali dan Nusa Tenggara, 6,73 persen berada di Sulawesi, serta 2,49 persen di Maluku dan Papua. Baca juga : Riset UGM: Jumlah Pengguna Internet Pengaruhi PDB Bila dilihat dari karakter kota atau kabupaten, sebagian besar atau 72,41 persen pengguna internet berada di kawasan urban alias perkotaan. Sementara itu, sebanyak 49,49 persen berada di kawasan rural-urban dan 48,25 persen berada di kawasan rural. "Yang terjadi adalah infrastruktur di urban sudah sangat bagus, tapi yang di rural masih perlu ditingkatkan (infrastrukturnya) untuk menaikkan jumlah penetrasi," terang Henri. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 88 persen pengguna internet di Indonesia merupakan lulusan S2 atau S3, kemudian 79,23 persen merupakan lulusan sarjana atau diploma. Pengguna internet yang merupakan lulusan SMA atau sederajat mencapai 70,54 persen. Baca juga : Pengguna Internet Indonesia 2016 Dalam Angka Adapun pengguna internet lulusan SMP atau sederajat mencapai 48,53 persen dan lulusan SD atau sederajat mencapai 25,10 persen. Sementara itu, pengguna internet yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali mencapai 5,45 persen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tahun 2017, Pengguna Internet di Indonesia Mencapai 143,26 Juta Orang", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/19/161115126/tahun-2017-pengguna-internet-di-indonesia-mencapai-14326-juta-orang.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2016 yang tercatat mencapai 132,7 juta jiwa. Data tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII). Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono menjelaskan, jumlah pengguna internet pada tahun 2017 tersebut mencakup 54,68 persen dari total populasi Indonesia yang mencapai 262 juta orang. "Setiap tahun memang angkanya naik terus," kata Henri dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (19/2/2018). Baca juga : 65 Persen Pengguna Internet Percaya Mentah-mentah Informasi Dunia Maya Berdasarkan jenis kelamin, komposisi pengguna internet di Indonesia adalah 51,43 persen laki-laki dan 48,57 persen perempuan. Adapun berdasarkan usia, sebanyak 16,68 persen pengguna berusia 13-18 tahun dan 49,52 persen berusia 19-34 tahun. Sementara itu, persentase pengguna internet berusia 35-54 tahun mencapai 29,55 persen. Pengguna internet berusia 54 tahun ke atas mencapai 4,24 persen. Berdasarkan wilayah, lebih dari separuh atau 58,08 persen pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 berada di Pulau Jawa. Adapun sekitar 19 persen berada di Sumatera, 7,97 persen di Kalimantan, 5,63 persen berada di Bali dan Nusa Tenggara, 6,73 persen berada di Sulawesi, serta 2,49 persen di Maluku dan Papua. Baca juga : Riset UGM: Jumlah Pengguna Internet Pengaruhi PDB Bila dilihat dari karakter kota atau kabupaten, sebagian besar atau 72,41 persen pengguna internet berada di kawasan urban alias perkotaan. Sementara itu, sebanyak 49,49 persen berada di kawasan rural-urban dan 48,25 persen berada di kawasan rural. "Yang terjadi adalah infrastruktur di urban sudah sangat bagus, tapi yang di rural masih perlu ditingkatkan (infrastrukturnya) untuk menaikkan jumlah penetrasi," terang Henri. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 88 persen pengguna internet di Indonesia merupakan lulusan S2 atau S3, kemudian 79,23 persen merupakan lulusan sarjana atau diploma. Pengguna internet yang merupakan lulusan SMA atau sederajat mencapai 70,54 persen. Baca juga : Pengguna Internet Indonesia 2016 Dalam Angka Adapun pengguna internet lulusan SMP atau sederajat mencapai 48,53 persen dan lulusan SD atau sederajat mencapai 25,10 persen. Sementara itu, pengguna internet yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali mencapai 5,45 persen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tahun 2017, Pengguna Internet di Indonesia Mencapai 143,26 Juta Orang", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/19/161115126/tahun-2017-pengguna-internet-di-indonesia-mencapai-14326-juta-orang.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2016 yang tercatat mencapai 132,7 juta jiwa. Data tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII). Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono menjelaskan, jumlah pengguna internet pada tahun 2017 tersebut mencakup 54,68 persen dari total populasi Indonesia yang mencapai 262 juta orang. "Setiap tahun memang angkanya naik terus," kata Henri dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (19/2/2018). Baca juga : 65 Persen Pengguna Internet Percaya Mentah-mentah Informasi Dunia Maya Berdasarkan jenis kelamin, komposisi pengguna internet di Indonesia adalah 51,43 persen laki-laki dan 48,57 persen perempuan. Adapun berdasarkan usia, sebanyak 16,68 persen pengguna berusia 13-18 tahun dan 49,52 persen berusia 19-34 tahun. Sementara itu, persentase pengguna internet berusia 35-54 tahun mencapai 29,55 persen. Pengguna internet berusia 54 tahun ke atas mencapai 4,24 persen. Berdasarkan wilayah, lebih dari separuh atau 58,08 persen pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 berada di Pulau Jawa. Adapun sekitar 19 persen berada di Sumatera, 7,97 persen di Kalimantan, 5,63 persen berada di Bali dan Nusa Tenggara, 6,73 persen berada di Sulawesi, serta 2,49 persen di Maluku dan Papua. Baca juga : Riset UGM: Jumlah Pengguna Internet Pengaruhi PDB Bila dilihat dari karakter kota atau kabupaten, sebagian besar atau 72,41 persen pengguna internet berada di kawasan urban alias perkotaan. Sementara itu, sebanyak 49,49 persen berada di kawasan rural-urban dan 48,25 persen berada di kawasan rural. "Yang terjadi adalah infrastruktur di urban sudah sangat bagus, tapi yang di rural masih perlu ditingkatkan (infrastrukturnya) untuk menaikkan jumlah penetrasi," terang Henri. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 88 persen pengguna internet di Indonesia merupakan lulusan S2 atau S3, kemudian 79,23 persen merupakan lulusan sarjana atau diploma. Pengguna internet yang merupakan lulusan SMA atau sederajat mencapai 70,54 persen. Baca juga : Pengguna Internet Indonesia 2016 Dalam Angka Adapun pengguna internet lulusan SMP atau sederajat mencapai 48,53 persen dan lulusan SD atau sederajat mencapai 25,10 persen. Sementara itu, pengguna internet yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali mencapai 5,45 persen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tahun 2017, Pengguna Internet di Indonesia Mencapai 143,26 Juta Orang", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/19/161115126/tahun-2017-pengguna-internet-di-indonesia-mencapai-14326-juta-orang.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2016 yang tercatat mencapai 132,7 juta jiwa. Data tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia ( APJII). Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi Soemartono menjelaskan, jumlah pengguna internet pada tahun 2017 tersebut mencakup 54,68 persen dari total populasi Indonesia yang mencapai 262 juta orang. "Setiap tahun memang angkanya naik terus," kata Henri dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (19/2/2018). Baca juga : 65 Persen Pengguna Internet Percaya Mentah-mentah Informasi Dunia Maya Berdasarkan jenis kelamin, komposisi pengguna internet di Indonesia adalah 51,43 persen laki-laki dan 48,57 persen perempuan. Adapun berdasarkan usia, sebanyak 16,68 persen pengguna berusia 13-18 tahun dan 49,52 persen berusia 19-34 tahun. Sementara itu, persentase pengguna internet berusia 35-54 tahun mencapai 29,55 persen. Pengguna internet berusia 54 tahun ke atas mencapai 4,24 persen. Berdasarkan wilayah, lebih dari separuh atau 58,08 persen pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 berada di Pulau Jawa. Adapun sekitar 19 persen berada di Sumatera, 7,97 persen di Kalimantan, 5,63 persen berada di Bali dan Nusa Tenggara, 6,73 persen berada di Sulawesi, serta 2,49 persen di Maluku dan Papua. Baca juga : Riset UGM: Jumlah Pengguna Internet Pengaruhi PDB Bila dilihat dari karakter kota atau kabupaten, sebagian besar atau 72,41 persen pengguna internet berada di kawasan urban alias perkotaan. Sementara itu, sebanyak 49,49 persen berada di kawasan rural-urban dan 48,25 persen berada di kawasan rural. "Yang terjadi adalah infrastruktur di urban sudah sangat bagus, tapi yang di rural masih perlu ditingkatkan (infrastrukturnya) untuk menaikkan jumlah penetrasi," terang Henri. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 88 persen pengguna internet di Indonesia merupakan lulusan S2 atau S3, kemudian 79,23 persen merupakan lulusan sarjana atau diploma. Pengguna internet yang merupakan lulusan SMA atau sederajat mencapai 70,54 persen. Baca juga : Pengguna Internet Indonesia 2016 Dalam Angka Adapun pengguna internet lulusan SMP atau sederajat mencapai 48,53 persen dan lulusan SD atau sederajat mencapai 25,10 persen. Sementara itu, pengguna internet yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali mencapai 5,45 persen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tahun 2017, Pengguna Internet di Indonesia Mencapai 143,26 Juta Orang", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/19/161115126/tahun-2017-pengguna-internet-di-indonesia-mencapai-14326-juta-orang.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika

Senin, 19 Maret 2018

CP1 e-commerce Universitas Dhyana Pura

Pengertian Hardware, Software, Brainware dan Contohnya 

Apa itu Hardware, Software, dan Brainware komputer? – Komputer memiliki 3 komponen penting yang berguna untuk menjalankan sistem komputer, jadi kerja atau jalannya komputer bergantung pada ke-3 komponen utama tersebut. Mungkin beberapa dari kalian masih ada yang belum benar-benar paham tentang 3 komponen utama pembangun sistem komputer ini. Karena itu kali ini saya akan sedikit berbagi tentang Pengertian 3 komponen utama komputer yaitu Hardware, Software dan Brainware Lengkap dengan Contohnya. 
Langsung saja kita simak dan membahas mengenai Hardware, Software, dan Brainware.
1. Hardware
Hardware atau dalam bahasa indonesia disebut perangkat keras adalah salah satu dari ketiga komponen utama pembangun sistem komputer yang berwujud alias alatnya dapat kita lihat dan dipegang. Hardware mempunyai fungsi untuk  mendukung proses komputerisasi. Contoh hardisk yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari seperti Monitor, Speaker, Keyboard, Mouse dan masih banyak lagi.
Hardware terdiri dari 3 jenis, yaitu 
  • Input Device ( Perangkat Masukan ) : Berfungsi untuk memasukan data baik berupa gambar, teks, video, ke dalam komputer. Contoh dari Input Device yang sering kita jumpai : Keyboard, Webcam, Mouse, scanner dan lain sebagainya
  • Processor ( Perangkat Pengolah Data ) : Berfungsi untuk mengolah data yang diperoleh dari input device, setelah itu diproses dan diteruskan kepada output device. Contoh dari Perangkat pengolah Data : CPU ( Central Unit Processor ) dan Microprocessor.
  • Output Device ( Perangkat Keluaran ) : Berfungsi untuk mengeluarkan dan menghasilkan data yang telah dimasukan dengan Input Device. Contoh dari Output Device yang sering kita jumpai : Monitor, Speaker, dan Printer. 
 Berikut Gambar dari Hardware yang sering kita jumpai sehari-hari :

 http://androidcara.web.id/wp-content/uploads/2016/11/hardware.png

2. Software
Software atau di bahasa indonesia di sebut juga Perangkat lunak berfungsi untuk memproses data atau perintah / instruksi hingga mendapat hasil atau menjalankan berbagai perintah. Selain itu software dibagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut :
  • Sistem operasi : Perangkat lunak yang berfungsi mengorganisasikan semua komponen mesin komputer. contoh dari sistem operasi ialah microsoft windows, macintosh, linux, dan unix.
  • Program aplikasi : Suatu program yang ditulis dalam bahasa pemrograman tertentu untuk diterapkan pada suatu bidang. Contoh dari program aplikasi ialah MS.Word, MS. Excel, MS. Power point dan masih banyak lainnya.
  • Utillity atau program bantu : Suatu program yang berfungsi untuk membantu sistem operasi. contoh dari utillity ialah : Google Chrome, Mozilla Firefox, Winamp, Anti Virus dan lain-lain.
  • Bahasa Pemrograman : Atau lebih dikenal juga dengan bahasa komputer atau bahasa pemrograman komputer, adalah instruksi standar yang berfungsi untuk memerintah komputer. contoh bahasa pemrograman : Java Script, PHP, Visual Basic, Pascal, dan masih banyak lagi.
 Gambar dari software atau perangkat lunak yang sering kita jumpai :
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpyKVNqzpdGpQmadsPCYIQWW9ZpSEq8dQIWvq1TeePvaJSLTLf0gBa6hrkdY4MitXknUVQAlv1VOgPjRy2lnOwdE9LIdcfkfeaWWB8zB9BjFD4-yqvkBN3hIqb9j31J-DUGwY_6WU3TKI/s1600/contohsoftware.png 

3. Brainware
Brainware adalah setiap orang yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan komputer atau sistem pengolahan data. atau bisa dikatakan juga orang yang mengoperasikan sebuah komputer, karena jika tidak ada orang yang mengoperasikan maka komputer tidak akan dapat dijalankan.
Brainware dibagi menjadi beberapa macam : 
  • Operator : Orang yang tugasnya melayani dan menjalankan sistem maupun peralatan yang ada hubungannya dengan perangkat komputer, misalnya seperti menyiapkan data untuk diakses, merawat sistem komputer, dan lain-lain. 
  • Programmer : Orang yang menguasai bahasa pemrograman. Programer dapat juga dikatakan sebagai pembuat dan petugas yang mempersiapkan program-program yang diperlukan pada sistem komputerisasi yang akan dirancang. 
  • Administrator : Orang yang bertugas mengelola suatu sistem operasi dan program-program yang berjalan pada sebuah sistem komputer atau jaringan komputer. dan Masih banyak lagi.
Demikian pembahasan mengenai Pengertian Hardware, Software, Brainware dan Contohnya semoga bisa bermanfaat.


Senin, 12 Maret 2018

Tugas 1 ( Embro vs Pipo )

Motivasi Kisah Pipo vs Embro


Beda kepala, kadang beda MINDSET, katanya. Tapi MINDSET bisa ditularkan kok…. Itu semacam sugesti, kata para ahli dan motivator.


MINDSET itu apaan sih? Ya itu, MINDSET = Pola Pikir. Pola pikir yang dimaksud disini adalah pola pikir tentang cara bagaimana kita mendapatkan penghasilan. Artinya, cara kita mencari sumber mata pencarian untuk menghasilkan uang.


Pada zaman dahulu kala, begitu kisah ini dimulai, ada dua orang sahabat yang tinggal di desa itu. Keduanya dikenal punya semangat dan ambisi yang kuat untuk menggapai kemajuan. Yang pertama bernama Pipo, yang kedua bernama Embro. Keduanya tinggal dalam rumah yang berdampingan di desa kecil dalam lembah itu.

Keduanya sering berkhayal, suatu saat nanti mereka akan menjadi orang yang paling kaya di desa itu. Mereka berdua sama-sama cemerlang dan sangat tekun dalam bekerja. Yang mereka perlukan hanyalah kesempatan untuk mewujudkan impian itu.

Pada suatu hari, kesempatan itu muncul secara tiba-tiba. Kepala desa disitu memutuskan mempekerjakan mereka untuk membawa air dari sungai yang terletak di pinggir desa, ke tempat penampungan air yang terletak di tengah desa tersebut. Intinya, pekerjaan itu dipercayakan kepada Pipo dan Embro.

Singkat cerita, keduanya langsung membawa dua buah ember dan segera menuju ke sungai. Sepanjang siang keduanya mengangkut air dengan ember. Menjelang sore, tempat penampungan air sudah penuh sampai ke permukaan. Kepala desa menggaji keduanya berdasar jumlah ember air yang masing-masing mereka bawa. Begitu pekerjaan itu di lakukan setiap hari selama beberapa waktu.

“Wow, apa yang kita cita-citakan selama ini akan terkabul!” teriak Embro gembira. “Rasanya sulit dipercaya, kita mendapatkan penghasilan sebanyak ini”.

Namun, Pipo tidak berhenti sampai disitu saja. Dia tidak yakin begitu saja. Setiap pulang ke rumah, Pipo merasakan punggungnya nyeri semua. Kedua telapak tangannya juga lecet-lecet. Begitu pagi tiba, perasaannya jadi kecut karena harus pergi bekerja. Tidak ingin punggung dan tangannya bermasalah lagi, Pipo justru berpikir keras mencari akal bagaimana caranya mengangkut air dari sungai ke desa tanpa harus terluka. Tanpa harus menanggung rasa nyeri di punggung. Tanpa melakukan hal itu semur hidupnya!

“Embro, aku punya rencana,” kata Pablo keesokan harinya. “Daripada kita mondar-mandir setiap hari membawa ember ke sungai dan hanya mendapatkan beberapa sen per hari, mengapa tidak sekalian saja kita membangun pipa saluran air dari sungai ke desa kita.”

Embro langsung menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. “Saluran pipa air! Ide dari mana itu!” kata Bruno tegas. “Kita kan sudah mempunyai pekerjaan yang sangat bagus dan menghasilkan uang dengan mudah, Pipo. Aku bisa membawa seratus ember sehari. Dengan upah satu sen per ember, berarti penghasilan kita bisa satu dolar per hari! Aku akan menjadi orang kaya. Dan ini berarti pada setiap akhir minggu aku bisa membeli sepasang sepatu baru. Pada setiap akhir bulan, aku bisa membeli seekor sapi. Setelah enam bulan kemudian, aku bisa membangun sebuah rumah kecil. Kau melihat, tidak ada pekerjaan semenguntungkan mengangkut air di desa ini. Lagipula, pada setiap akhir minggu kita mendapat libur. Setiap akhir tahun kita juga mendapat cuti dua minggu dengan gaji penuh. Kita akan hidup dengan sangat layak, dilihat dari sudut manapun. Jadi, buang jauh-jauh idemu untuk membangun saluran pipa airmu itu.”

Tapi Pipo tidak putus asa. Dia tetap bersikukuh pada idenya itu. Dengan sabar dia menerangkan bagaimana proses membangun pipa salurannya itu kepada sahabatnya. Embro tak beranjak sedikitpun dengan tawaran Pipo.

Akhirnya, Pipo memutuskan untuk bekerja paruh waktu saja. Dia tetap bekerja mengangkuti ember-ember itu. Sementara sisa waktunya, ditambah libur akhir minggunya, dia pakai untuk membangun saluran pipanya itu.

Sejak awal melakukan pekerjaannya ini, Pipo telah menyadari akan sangat sulit membangun saluran pipa itu dari sungai ke desanya. Menggali di tanah keras yang mengandung banyak batu jelas tak kalah menyakitkannya dengan luka lecet dan punggung nyeri karena mengangkut air.

Pipo juga menyadari, karena upah yang dia terima sekarang berdasarkan jumlah ember yang diangkutnya, maka penghasilannyapun secara otomatis menurun. Dia juga sudah sangat paham bahwa dibutuhkan waktu satu atau dua tahun sebelum saluran pipanya itu bisa berfungsi seperti yg dia harapkan.

Namun, Pipo tak pernah kendur dengan keyakinannya. Dia tahu persis akan impian dan cita-citanya. Sebab itu dia terus bekerja tanpa kenal lelah.

Kini, pemandangan kontras mulai tampak diantara kedua sahabat itu. Sementara Embro asyik berbaring santai di rumahnya yang baru (tempat tidur gantung berupa jaring) pada sore hari, pada akhir minggu, Pipo tampak terus berlelehan keringat menggali saluran pipanya. Pada bulan-bulan awal, Pipo memang tak menunjukkan hasil apapun dari usahanya. Tampak betul bahwa pekerjaannya sangat berat. Bahkan jauh lebih berat dari pekerjaan yang dilakukan Embro. Selain harus tetap bekerja pada akhir minggu, Pipo juga bekerja di malam hari.

Tapi Pipo selalu mengingatkan pada diri sendiri bahwa cita-cita masa depan itu sesungguhnya dibangun berdasarkan pada perjuangan yg dilakukan hari ini. Dari hari ke hari dia terus menggali. Mili demi mili, senti demi senti!

Pepatah yang selalu diingat Pipo adalah, sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Dia selalu bersenandung setiap mengayunkan cangkulnya ke tanah yg mengandung batu karang. Dari satu centimeter, menjadi dua centi meter, sepuluh centi meter, satu meter, duapuluh meter, seratus meter, dan seterusnya….

Dan, Pipo mulai melihat hasil kerja kerasnya… meski belum maksimal…

“Fokuslah pada imbalan yg akan kau peroleh dari pekerjaanmu”. Kata-kata itu terus diingat Pipo, dan dia ulang-ulang setiap akan pergi tidur. Fokus, fokus,fokus…. Imbalannya pasti jauh lebih besar….


Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Dan pada suatu hari, Pipo menyadari saluran pipanya sudah tampak setengah jadi.

Setiap saat beristirahat, Pipo menyaksikan sahabatnya Embro yang terus saja mengangkat ember-ember. Bahu Embro juga tampak semakin lama semakin membungkuk. Dia tampak menyeringai kesakitan, meski sering berusaha dia sembunyikan. Langkahnya juga semakin lamban, akibat kerja keras setiap hari.

Akhirnya, terjadi juga kegemparan di desa itu. Saat bahagia Pipo pun tiba. Saluran yang dia bangun sudah selesai. Hampir semua orang desa berkumpul saat air mulai mengalir dari saluran pipanya menuju ke penampungan air di desa. Sekarang, desa itu sudah bisa mendapat pasokan air bersih secara tetap. Bahkan penduduk desa yang sebelumnya tinggal agak jauh dari tempat itu kemudian pindah mencari tempat yg lebih dekat dengan sumber air itu.

Setelah saluran pipa itu selesai, Pipo tidak perlu lagi membawa-bawa ember. Airnya akan terus mengalir, baik dia sedang bekerja maupun tidak. Air itu terus mengalir, baik dia sedang bekerja maupun tidak. Air itu terus mengalir, baik saat dia makan, tidur ataupun bermain-main. Air itu tetap mengalir di akhir minggu ketika dia menikmati banyak permainan. Semakin banyak air yang mengalir ke desa, semakin banyak pula uang yang mengalir ke kantung Pipo.

Pipo yang tadinya terkenal dengan julukan Pipo si Manusia Pipa, kini menjadi lebih terkenal dengan sebutan Pipo si Manusia Ajaib. Tetapi, Pipo paham sekali apa yang sesungguhnya dia capai bukanlah sebuah keajaiban. Ini semua sebenarnya barulah langkah awal dari suatu pencapaian cita-cita yang besar. Memang benar, nyatanya Pipo mempunyai rencana yang jauh lebih besar daripada apa yang sudah dihasilkan di desanya.


Tahun demi tahun pun berlalu. Pipo sudah lama pensiun. Usaha saluran pipa-nya yg mendunia terus-menerus mengalirkan ratusan juta dollar per tahun ke rekening-rekening bank dia. Ketika ia jalan-jalan di desa, kadang-kadang ia melihat beberapa orang pemuda. Mereka tampak sibuk mengangkuti air dengan ember, dan hal itu mengingatkannya pada masa dimana ia pernah juga menjadi pengangkut ember yang sama seperti mereka….

END




Part 1



Part 2


Hikmah dari film Embro vs Pipo :

  1. Kita belajar bagaimana menjadi seorang yang bisa membangun sistem yang bisa menghasilkan uang. Memang pada awalnya kita harus bekerja keras membangun sistem ini. Namun, ketika ini sudah berjalan, kita tinggal menikmati hasilnya.  
  2. Ini bisa menjadi semacam pencerahan bagi kita bahwa membangun usaha itu bisa kita lakukan tanpa harus takut dengan resiko yang kita tanggung.


CP-11 E-Commerce Universitas Dhyana Pura

UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah ketentuan ya...